Kamu pasti merasakan atau bahkan menantikan pembagian tunjangan hari raya (THR)? Biasanya, orang tua kita, kakek-nenek, dan paman-bibi akan memberikan kita salam tempel berupa uang yang dikenal dengan THR pada hari raya idul fitri. Konon, THR merupakan apresiasi bagi kita yang telah berjuang di bulan Ramadan.

Sebenarnya istilah THR berasal dari dunia perkantoran. Ya, THR merupakan istilah yang digunakan di dunia kerja saat para pekerja menerima bonus dari perusahaannya. Bonus ini merupakan apresiasi sekaligus bantuan dari perusahaan agar para pekerjanya dapat merayakan hari raya dengan cukup meriah.

Istilah THR kemudian digunakan pula dalam lini-lini lain, seperti keluarga. Biasanya, THR akan diberikan oleh yang lebih tua kepada mereka yang belum bekerja atau belum menikah. Nominalnya beragam sesuai dengan tradisi keluarga masing-masing. Namun umumnya yang lebih besar usianya mendapatkan nominal yang lebih besar pula.

Konon, tradisi ini sebenarnya juga ada di negara Islam lain. Di Uni Emirat Arab misalnya, negara yang merupakan bekas kekuasaan Kekaisaran Ottoman ini juga memiliki tradisi yang serupa. Bahkan, tradisi itu sudah ada sejak zaman pertengahan ketika  pemimpinnya memberikan sumbangan berupa uang, makanan, dan pakaian kepada anak-anak dan lansia yang membutuhkan. Di era modern ini pun, baik di Indonesia atau belahan dunia lain pembagian THR juga mengikuti zaman. Ada yang masih diberikan uang tunai, ada yang sudah ditransfer ke bank atau dompet elektronik, dibelikan gadget terbaru, dan lain sebagainya.

Tentunya, tradisi bagi-bagi THR bukan merupakan tradisi yang buruk. Tradisi ini merupakan bentuk penghargaan dan perayaan secara bersama-sama. Semua orang dan kalangan diharapkan dapat merasakan kebahagiaan yang sama di hari kemenangan. Tapi, ada baiknya juga tradisi ini dianggap bukan sebagai sebuah keharusan atau tuntutan. Kamu yang masih berharap mendapatkannya jangan sampai terlalu menekan, ya. Mungkin, sedikit kode masih tak masalah.

Cek promo menarik buat kamu di sini.